Selasa, 01 November 2011

Unvisible Friend (Part 2)

Diposting oleh Rahmi Susti di 7:10 PM

ANNYONG \^O^/
YAP.. Lanjut part 2 nya..
Selamat membaca...
                Rangga tertawa pelan”Eh.. ada waktu ga? Temenin gue jalan yuk!!” ajaknya tiba-tiba.
                Cherry mengagguk semangat.”Bentar ya, gue ganti baju dulu.”
                Rangga mengacungkan kedua jempolnya. “Gue tunggu di depan pagar.”
“Oke!”
Dengan sigap Cherry bertukar pakaian. Tak dipedulikannya jam yang telah berada di penghujung pergatian hari.
“Yuk jalan!” Kata Cherry semangat sambil menggandeng tangan Rangga.
Rangga tampak kaget dengan sentuhan fisik tangan Cherry. “Yu.. yuk!” ujarnya tergagap.
“Eh iya, kita kemana sih?”
“Ke jembatan yuk!” ajak Rangga.
“Kok ke jembatan sih, kan jauh.” Keluh Cherry.
“Ga kok, gue tau jalan pintasnya.” Kata Rangga.
“Ya udah, ga pa pa deh.” Cherry akhirnya setuju.
Begitu sampai di jembatan, Cherry sudah siap dengan ribuan pertanyaan yang akan di lancarkannya kepada Rangga.
“Ga.., lo kemana aja sih selama 4 hari ini? gue cari di sekolah ga ada. Gue tunggu di jembatan ini, lo juga ga muncul-muncul. Gue coba hubungin lo, eh tau-tau kontak lo ngilang di phonebook hp gue. Kemana sih?” Tanya Cherry terburu-buru. Sambil bersandar pada pagar pembatas, ia meniup-niup jemarinya yang beku kedinginan
“Sebelum gue jawab semua pertanyaan lo itu, ada tambahan ga?” tawar Rangga.
Cherry menghentikan cara menggosok-goso jemari tangannya dan menoleh cepat ke arah Rangga di sebelahnya. “Sebenernya... ada sih. Gue mau tau jawaban lo tentang pernyataan gue beberapa hari yang lalu.” Ujar Cherry akhirnya.
“Oke! Gue jawab pertanyaan yang ini dulu. Lo mau gue jawabnya yang bikin hati lo seneng tapi bohong, atau bikin hati lo rada kecewa dikit tapi jujur.”  Rangga memberi pilihan.
“Ya.. ya.. jujurlah. Bagaimanapun gue mau kejujuran.”
Rangga menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Terlihat uap air yang menggepul kerena dinginnya udara malam ini.”Gue.. gue juga suka sama lo.” Ujar Rangga pelan, nyaris berbisik di dekat telinga Cherry.
Senyum gadis itu langsung merekah sempura.”Bener?” tanyanya seolah tak percaya. “Tapi katanya lo bilang kejujuran yang menyakitkan. Lo bohong ya..” sambung Cherry lagi.
Rangga menggeleng.”Ga.. gue ga bohong. Gue belum selesai ngomongnya.”
“Oh.. lanjut deh..” ujar Cherry.
“Tapi ada satu hal yang terpaksa lo terima..”tiba-tiba saja raut wajah Rangga berubah serius. Seolah latah, Cherry pun mengubah ekspresinya.
Kembali Rangga menghela nafas berat. Seolah kata berikutnya begitu sulit keluar dari mulutnya. “Kita ini beda. Gue ga kayak yang lo kira selama ini. Gue beda dari lo. Dan sayangnya gue ga bisa ngejelasinnya sama lo, ini udah di luar logika banget.” Sambung Rangga kemudian. “Cher.. lo ga boleh terlalu sayang sama gue. Jangan terlalu mengharapkan gue hadir di sisi lo saat lo butuh gue di kemudian hari. Mulai sekarang stop sayang lo itu ke gue.” Ujar Rangga bersusah payah. Wajahnya tenang dan datar tanpa ekspresi. Namun di balik semua kepolosan itu, ada sebuncah perasaan tidak rela di hati Rangga akan semua pengakuan yang dibuatnya barusan.
Cherry terhenyak kaget. Tidak menyangka ternyata kejujuran yang dimaksud Rangga menyakitkan itu, benar-benar sungguh sangat menyakitkan.”ke..Ke..kenapa gitu?” ujar Cherry terbata-bata. Air matanya nyaris saja jatuh.
“Gue Cuma ga mau lo sakir hati. Gue ga mau lo kecewa.”Jawab Rangga tenang.
“Ya.. tapi kenapa lo takut bikin gue kecewa?”
“Karena kita beda.” Ujarnya lagi.” Gue ga bisa lama-lama sam alo. Gue harus pergi.”
“Pergi? Kemana?”
“Ke tempat dimana lo ga bisa liat gue lagi.”
“Kok gitu sih? Emang lo mau kemana?”
Rangga hanya tersenyum. Lalu perlahan tubuhnya memudar dan menghilang.
“Ranggaaa!!” panggil Cherry. Namun Rangga tidak menjawab.
“RANGGAAAAA” teriak Cherry membahana. Namun Rangga telah lenyap dari pandangannya.
“RANGAAAA....!!!!”
“ADUHHH” Keluh Cherry kesakitan. Baru saja ia terjatuh dari tempat tidurnya.
“Rangga...” gumam Cherry pelan. “Gue harus cari dia sekarang.”
***
“Mau ke atas lagi neng?” tanya Bang joko sambil menunjuk jembatan penyebrangan.
Cherry mengagguk mengiyakan. Namun saat ia hendak menaikkan kaki ke tangga jembatan, gadis itu berbalik ke warung mie ayam bang Joko.
“Bang.. abang pernah liat teman saya itu ga? Dia cowok.” Tanya Cherry tiba-tiba.
Bang joko yang sedang membersihkan meja siang itu menghentikan sejenak pekerjaannya “Kan abang udah sering bilang neng, abang ga pernah liat siapapun yang pernah nemenin eneng di atas sana.”
“Ko enggak si bang. Dia cowok, masih SMA kayak saya. Terus rambutnya itu rada ack-acakan gitu. Dia pake tindik di telinga kirinya.” Ujar Cherry, mencoba menerangkan seperti apa rupa temannya itu.
“Enggak neng.” Bang joko menggeleng mantap.
“Kalau gitu, abang pernah liat dia lewat dekat-dekat sini ga akhir-akhir ini?” Cherry melanjutkan investivigasinya.
Bang joko kembali menggeleng.
Cherry tak putus asa. “Dia pake kemeja putih, celana warna dongker kotak-kotak abu-abu. Seragam SMA Bina Bangsa. Abang pernah liat ga?” lanjut Cherry.
“Nah kalau gitu, abang pernah liat neng. Anak-anak Bina Bangsa sering makan di sini. Tapi... ciri-ciri yang eneng sebutin tadi itu, abang sih ga pernah liat.”
Cherry menghela nafas berat. Ia benar-benar bingung dengan keadaan yang dialaminya sekarang. Kenapa reaksi semua orang selalu sama saat ia menanyakan keberadaan Rangga. Siapa sih Rangga itu sebenarnya. Apa Rangga itu nyata atau hanya khayalan Cherry semata. Tapi... kalau hanya khayalan, sungguh tidak mungkin sekali. Karena jelas-jelas Cherry bisa kontak fisik dengan Rangga.
“Bang! Mie ayamnya satu dong.” Sebuah suara yang nyaris sama dengan suara orang yang begitu dirindukannya membuyarkan lamunan Cherry.
Refleks ia menoleh ke sumber suara. Tak disangka, gadis itu hampir saja terjatuh saking kagetnya. Bukankah itu Rangga? Ya.. itu Rangga. Tapi kok dandanannya rada rapi gitu ya?? Ah tidak penting. Yang jelas sekarang ia telah menemukan Rangga.
“RANGGAAA!!!” pekik Cherry histeris, sambil menghampiri cowok itu yang duduk di salah satu meja di warung mie ayam bang joko.
Cowok itu terlonjak kaget. Ia memandang heran Cherry yang begitu mudahnya bergelayut manja di lengannya. Dengan cepat, ia bergerak agak menjauh dari Cherry. “Sorry... tapi gue bukan Rangga.” Katanya risih.
Alis Cherry bertaut heran. “Loh.. loh kok. Ihh... lo Rangga kali. Masa ga kenal sama diri sendiri. Jangan becabda deh. Eh.. lo potong rambut ya. Rapi bener.”cerocos Cherry senang.
Cowok itu hanya terheran-heran memandang gadis tak dikenalnya ini.
“Mas! Ini mie ayamnya.” Bang joko membawa semangkuk mie ayam panas pesanan cowok itu.
“Bag, ini loh Rangga teman saya yang saya cari itu.” Kata Cherry girang. Seolah ungkapannya selama ini tentang Rangga itu telah terbukti.
Bang joko mendelik heran.”Lah... bukannya mas ini namanya Aldo?”
Cowok itu pun menjawab.” Iya! Saya Aldo bang. Kan saya sering makan di sini. Cewek ini aja yang seenaknya panggil saya Rangga.”
“Aldo! Nama lo Aldo? Jelas-jelas lo itu Rangga.” Ujar Cherry tetep bersikeras.
“Saya permisi dulu..” pamit bang joko risih. Ia tidak mau terlibat dalam lingkaran membingungkan itu.
“Rangga! Lo kemana aja sih?” tanya Cherry. Ia terlihat tidak terpengaruh sedikitpun dengan percakapan antara bang joko dengan Aldo barusan.
Aldo mendesah pelas, lalu menurunkan sesendok mie ayam yang hendak dilahapnya.” Gue bukan Rangga. Tapi nama gue Aldo. A-L-D-O. Dan gue ga kenal sama Rangga yang lo maksud.”
Cherry tampaknya tetap kuku. “Tapi... lo mirip banget sama Rangga. Gue yakin lo itu Rangga. Ya... dandan lo aja yang rada rapi dikit. Anting lo di lepas ya?” ujar Cherry
DEG!
Sontak Aldo tersentak kaget. Sampai-sampai ia tersedak mie ayamnya. Shok, ia benar-benar kaget dengan ucapan Cherry barusan. Wajahnya pucat seketika. Apakah Rangga yang dimaksud gadis itu adalah Rangga adiknya?
“Pelan-pelan dong makannya” seru Cherry. Ia lalu menuangkan segelas air mineral ke gelas dan memberikannya kepada Aldo. “Gimana, udah inget sekarang?” tanya Cherry kemudian.
“Lo..lo..ke..kenal Rangga?” ujar Aldo terbata-bata.
“Kenal. Lo bukan Rangga?” tanya Cherry heran.
Aldo mengagguk mengiyakan.
“Jadi, lo beneran bukan Rangga?”
Aldo kembali mengagguk. Tak sanggup berujar. Keterpanaannya pada ucapan gadis itu membuat lidahnya kelu. Dan tubuhnya menegang.
Cherry ikut-ikutan heran memandang Aldo, karena ia masih belum yakin benar kalau cowok disampingnya ini bukanlah Rangga. Untuk itu, Cherry kembali memastikannya. Ia meraih kedua tangan Aldo. Diperhatikannya lekat-lekat bekas luka sayat di pergelangan tangan cowok itu. tidak ada! Berarti dia benar bukan Rangga. Tapi dia siapa? Kenapa begitu mirip? Batin Cherry kembali menjerit kebingungan.
“Lo ngapain?” tanay Aldo yang melihat Cherry termenung memegang pergelangan tangannya.
“Gue Cuma mau mastiin lagi kalau lo bukan Rangga. Ternyata benar, lo bukan Rangga. Ga ada hand band tengkorak ataupun luka bekas bunuh diri di tangan lo. Sorry ya!” sesal Cherry.
Aldo kembali terhenyak kaget. Tidak salah lagi, gadis ini kenal Rangga yang juga dikenalnya.
“Kenapa sih? Kok tampangnya kayak baru liat setan gitu. Pucat banget.” Ujar Cherry heran.
“Lo kenal Rangga?” tanay Aldo.
Cherry mengagguk. “Lo siapanya Rangga sih? Kok mirip banget. Kembarannya ya?”
Aldo menggeleng cepat.”Gu..gue kakaknya.”
“Kakak Rangga? Kok dia ga pernah cerita ya sama gue, kalau dia itu punya kakak. Dasar tu bocah. Oya.. kak Aldo, lo tau rangga kemana? Udah 4 hari ini gue ga ketemu dia” tutur Cherry akrab. Tidak heran memang, karena Cherry memang seorang yang supel.
Selah tak henti-hentinya keterkejutan menyergap Aldo. Kembali ucapan gadis itu membuat jantungnya berdetak di ambang batas. Ia yakin kalau ia dikagetkan sekali lagi ia akan langsung masuk rumah sakit karena serangan jantung dadakan.
“Kakak kenapa sih?” tanya Cherry heran melihat raut wajah Aldo.
“Lo.. lo.. ketemu Rangga di mana?”
“Di jembatan sana.” Tunjuk Cherry kepada jembatan penyebrangan tempat ia bertemu Rangga untuk pertama kalinya. “Dia udah nyelamatin gue waktu gue nyaris mau bunuh diri. Baik banget kan.”
Sudah dipastikan Aldo benar-benar benar-benar kena serangan jantung. Tubuhnya tak dapat bergerak saat ucapan Cherry kembali menyergapnya. “Bu..bu..nu..nuh diri?” ucap Aldo, seolah kalimat itu adalah sebuah kalimat yang paling sulit di ucapkannya di dunia.
Cherry mengagguk. “Ya! Kak lo kenapa sih, gue liat dari tadi ga pernah berenti kaget. Ada apa sih sama Rangga?”
“Lo kapan terakhir kali ketemu Rangga?” Tanya Aldo.
“4 hari yang lalu.” Jawab Cherry santai.
untuk kesekian kalinya Aldo kembali kaget. “Di..di..mana?”
“Jembatan itu” Cherry menunjuk jembatan penyebrangan.
Aldo menggeleng frustasi. Keringatnya mengucur deras. Jantungnya berdebar-debar tak teratur. Lalu tanpa menyentuh sedikitpun mie ayamnya lagi. Ia bergegas pergi sambil meletakkan selembar uang 50 ribuan di atas meja. “Lo ikut gue!” katanya sambil menarik lengan Cherry.
“Eh.. kemana kak?” ujar Cherry terburu-buru.
Aldo menghentikan langkahnya. “Lo mau ketemu Rangga?”
Jelas saja Cherry langsung mengagguk mengiyakan. “Mau.. mau..”
“Makanya ikut gue. Karena gue butuh kejelasan dari kejadian yang udah bikin gue bener-bener mau mati saking kagetnya.”
Aldo memacu mobilnya di jalan raya yang ramai. Sebentar-sebentar teriakan dan umpatan kesal orang-orang hinggap di teinga karena keseenakan Aldo menyalip mobil di depannya. Cherry hanya bisa membatin heran melihat cara mengemudi Aldo yang seperti orang kesetan. Entah apa yang dikejarnya di depan sana. Cherry hanya bisa berdiam tak berani berucap.
Kecepatan mobil Aldo perlahan menurun saat memasuki sebuah jalan kecil yang sepi. Lalu mobil mereka melewati sebuah gerbang bertulisan yang membuat jantung Cherry berhenti berdetak untuk sepersekian detik.
Aldo membuka pintu mobilnya dan turun. Lalu berjalan ke sisi lain mobilnya untuk membukakan pintu bagi Cherry yang masih terpaku kaget. “Yuk turun!” ucap Aldo.
Cherry hanya bisa mengikuti langkah Aldo dari belakang tanpa satu kata pun terucap dari mulutnya. Kenyataan ini terlalu besar untuk ditelannya. Gadis itu hanya diam berjalan diantara puluhan keburan yang dilewati Aldo
Berbagai dugaan dan hipotesis meledak-ledak di otak Cherry. Tidak mungkin Rangga meninggal. Tidak! Ia tidak percaya. Jelas0jelas 4 hari lalu ia masih bertemu. Dan sekarang Rangga.. Rangga sudah sudah... Ah! Cherry tak sanggup melanjutkan ucapannya.
Aldo berhenti di salah satu kuburan yang tampak masih baru. Disana dengan sangat jelas tertulis nama “RANGGA GIVANO”,”LAHIR: 1 JANUARI 1995”,”WAFAT: 1 JANUARI 2011”.
Aldo kemudian berlutut sambil memegang nisan Rangga. Ia sedikit terisak mengenang adik semata wayangnya yang begitu cepat meninggalkannya.
Cherry masih berdiri mematung, seolah-olah tidak percaya apa yang dilihatnya. Perlahan air matanya jatuh satu demi satu. Seolah kenangan tentang Rangga kembali terulanf satu demi satu di pikirannya.
“Sorry.. gue udah bikin lo  kaget gini. Tapi gue Cuma mau menngungkap suatu kebenaran dari cerita-cerita lo tentang dia tadi.” Aldo menunjuk nisan Rangga.
“Sekarang tanggal 1 februari. Tepat 1 bulan kematian Rangga. “Kata Aldo lirih.
Cherry menoleh cepat ke arah Aldo seolah mencoba merangkai sebuah teka-teki tak terpecahkan selama ini.
“Gue ga tau kenapa di milih tanggal dimana dia berulang tahun buat mati. Dasar bodoh! Dia kira lucu apa!” Aldo mencoba untuk tertawa. “Rangga nekad mengakhiri hidupnya dengan cara lompat dari jembatan, jembatan penyebrangan dimana lo ketemu dia.”
Cherry menggeleng frustasi. “Enggak.. enggak... dia bukan Rangga. Lo salah. 4 hari yang lalu gue masih ketemu dia. Dan sekarang lo bilang kalau Rangga udah meninggal danitu satu bulan yang lalu. Lo kira gue bakal percaya kata-kata lo. Jangan harap.” Raung Cherry dalam tangisnya yang tak terbendung.
“Ini benar, gue ga bogong. Rangga benar benar meninggal dan itu satu bulan yang lalu.”
“Terus siapa yang gue temuin dan yang gue ajak bicara di jembatan itu. ga mungkin Rangga idup lagi kan.”
Aldo menggeleng tidak tahu.”Makanya waktu lo bilang kalau lo ketemu Rangga 4 hari yang lalu itu gue shok berat.”
“Tapi kata Rangga, dia.. dia.. selamat dari bunuh diri itu.”
“Ya! Itu bunuh diri yang pertama waktu dia nyayat nadinya. Waktu itu untung gue cepat nemuin dia di kamar dan langsung gue bawa ke rumah sakit. Dan syukurlah dia masih bisa bertahan. Tapi kayaknya dia ga pernah jera. Untuk kedua kalinya, dia coba bunuh diri lagi. Lompat dari jembatan penyebrangan tepat di hari ulangtahunnya yang ke 16. Dan dia.. dia.. lo bisa liat sendiri dia gimana?” Aldo tak mampu melanjutkan kata-katanya.
Cherry terduduk, tidak kuasa menerima kenyataan pahit yang disampaikan Aldo. Rangga sudah meninggal dan itu sudah 1 bulan yang lalu. Jadi Rangga yang ditemuinya selama ini itu siapa? Rangga imajinasinya? Rangga yang pernah punya pikiran sama dengan dirinya untuk mengakhiri hidup di jembatan itu.
Pantas saja bang joko itu bersikeras meengatakan kalau Cherry selama ini hanay sendirian di jembatan itu. karena Rangga memang tidak ada. Pantas saja siswi yang ditanyanya waktu itu terlihat kaget. Karena Rangga memang tidak ada. Pantas saja waktu dia memanggil orang yang mirip Rangga itu mengacuhkannya. Karena ia bukan Rangga. Tidak ada! Karena Rangga telah meninggal.
“Waktu gue pulang sekolah, gue sempet denger cewek yang manggil-manggil nama Rangga. Tapi gue buru-buru meyakinkan dalam hari kalau itu Cuma imajinasi gue. Gue ga mau terlalu larut dalam kesedihan. Karena gue tau Rangga bakal sedih liat gue sedih.”
Terjawab sudah semua keanehan yang dipikirkan Cherry. Ia tak sanggup berpikir lagi. Hanya air mata yang mempu keluar dari sudut matanya yang basah.
Karena melihat keterpurukan gadis di sebelahnya, dengan canggung Aldo merangkulnya dan membawa Cherry ke pelukannya. “Jangan nagis ya....” ucapan Aldo terputus. Ia melirik name tag yang tersemat di kemeja Cherry, persis sama dengan apa yang dilakukan Rangga saat pertama kali bertemu dengannya. “Cherry.. itu kan nama lo” sebuah ucapan yang persis sama namun dalam suasana  yang berbeda.
Tangis Cherry kembali meledak. Kembali teringat tingkah cowok bengal itu.
“Ssstt..jangan nangis. Kalau lo nganis ntar Rangga juga ikut sedih. Ntar dia malah terbebani lagi. Lo ga mau kan Rangga sedih. Lebih baik kita berdoa supaya Rangga bisa tenang di sana.’ Hibur Aldo.
Satu kalimat yang mampu terucap di bibir Cherry. “Makasih Ga.. udah jai unvisible friend gue!!”

THE END

Yiakkkksss
Akhirnya.. akhirnyaaaa kelar juga nih cerpen.
Penuh perjuangan dalam membuatnya...
Thanks ya udah baca..
Jgn lupa comment..
Kamsahamnida!!!! \^o^/

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lolity Caramel Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea