Minggu, 30 Oktober 2011

For Last to See You

Diposting oleh Rahmi Susti di 8:49 PM
Aku dan Rangga. Yah…. Itulah kami. Sahabat sejati sampai akhir masa. Dimana ada Rangga disana juga ada aku. Waktu pertama kali bertemu, kami pernah berjanji kalau kami akan selalu bersama apa pun yang terjadi, entah itu kebahagiaan ataupun kesedihan.
Namun takdir sepertinya tidak sependapat dengan kami, aku harus pergi meninggalkan Rangga, aku harus  ikut bersama orangtuaku ke Australia. Hari ini aku bermaksud mengatAkannya kepada Rangga.
Aku mengambil HPku dan menelpon Rangga. Aku menyuruhnya untuk menemuiku di Taman Cicak dan Cacing. Taman kami berdua. Hanya Aku dan Rangga.Memang sebuah nama yang konyol, Rangga yang memberi nama taman tersebut.
Aku sampai duluan di taman itu, sebelum melangkahkan kaki memasuki taman, aku harus membaca kata sandi dulu. Itu juga idenya Rangga, dia bilang supaya tidak ada orang lain yang sembarangan memasuki taman kami.
“Cicak dan cacing, tapi suara hatiku mengatakan lain” ujarku, lalu memasuki taman. Ya itulah kata sandinya. Benar benar aneh.
Aku melangkahkan kaki menuju sebuah bangku panjang yang letaknya didepan sebuah kolam. Aku memandang sekeliling, aku masih ingat waktu Rangga tercebur ke kolam itu, gara gara jatuh tersandung sebuah batu. Sampai pulang dia menangis dan selalu menyalahkan batu yang tadi membuatnya basah kuyup. Aku tertawa kecil mengenang saat saat dulu aku bersamanya itu.
Tiba tiba lamunanku dibuyarkan oleh suara yang tidak asing lagidi telingaku. Ya… itu Rangga. Aku menoleh dan mendapatinya sedang berlari menghampiriku. Aku sempat tertawa kembali melihatnya, bukan karena penampilannya, tapi karena teringat saat dia jatuh di kolam dulu.
“Hai… Kira” sapa Rangga. Orang orang biasa menyapaku dengan nama tersebut.
“Hai… Ga” balasku
“Tumben ngajak kesini. Ada apa sih?” Tanya Rangga. Aku melihat Rangga penasaran sekali dengan ajakan ku ini.
Dan aku pun menceritakan semuanya kepada Rangga. Perihal keberangkatanku ke Australia ikut bersama orangtuaku.Rangga terlihat sedih sekali ketika baru saja mendengar penjelasanku.
“ Tapi kita kan udah janji Ra… Aku takut ini terakhir kalinya aku ketemu kamu” ujar Rangga hampir menangis. Memang Rangga anaknya rada cengeng, berbeda sekali denganku yang bisa dikatakan jarang mengeluarkan air mata yang berharga itu, tapi buatku itu tidak maslah, toh kami baru anak anak yang berumur 6 tahun.
“Ga kok Ga hidup itu panjang. Lagian Aku disana gak bakalan lama kok. Aku akan balik lagi ke Indonesia. Kita kan masih bisa telpon telponan. Aku janji, kalau aku mau balik, aku kabarin kamu deh!” Hiburku
“Ya udah, kamu hati hati ya disana, aku bakal nunggu kamu sampai kapanpun kok Ra…” Ujar Rangga
“ Maksih Ga, aku pergi ya” tutupku. Kemudian aku pergi meninggalkan taman itu. Namun langkahku sempat terhenti oleh teriakan  Rangga
“Kira!” Teriak Rangga.
Aku pun berbalik badan karena mendengar namaku disebut. Aku melihat Riangga sedang berdiri di samping kursi yang kami duduki tadi.
“ Kata sandinya” teriak Rangga mengingatkanku sebelum melangkah keluar taman
Aku hanya tersenyum dan berbalik badan lagi menuju gerbang taman. Disana aku berhenti sejenak dan mengucapakan kata sandinya keras keras supaya dapat didengar oleh Rangga” cicak dan cacing, tapi suara hatiku mengatakan lain”
                Aku melangkah keluar taman. Namun kali ini langkahku terhenti lagi ketika mendengar Rangga memangil namaku lagi.
“ Kira!” teriak Rangga
                Aku kembali berbalik badan. Aku melihat Rangga kini agak mendekat, sekitar beberapa mater jaraknya dariku. Dia memberikan sebuah isyarat kepadaku. Aku mengerti apa yang harus aku lakukan. Yaa… salam perpisahan tangan. Itu biasa kami Lakukan jika akan berpisah.
“Cicak” kami menjulurkan tangan kami ke depan sehingga telapak tangan kami berhadapan.
“ Cacing” lalu kami sama sama menempelkan telapak tangan kami di dada masing masing
“Akan selalu bersama” kemudian tangan kami membuat lingkaran di udara dan melentikan jari
***
10 TAHUN KEMUDIAN…………..
Aku senang sekali karena besok aku akan pulang ke Indonesia. Beberap tahun ini aku memang sudah jarang sekali telponan sama Rangga, ya… aku maklum, soalnya dari kabar kabar yang aku dengar, katanya Rangga lagi sibuk rekaman album perdananya. Aku ga nyangka, ternyata impian Rangga jadi penyanyi akhirnya terwujud. Aku masih ingat waktu aku menertawainya ketika dia bilang mau jadi penyanyi, aku mengatakan kalau suaranya lebih bagus kalau lagi nangis dari pada nyanyi, dan itu sukses membuatnya marah padaku. Karena sudah tidak sabar ingin memberi tahu Rangga aku pun langsung mengambil HPku dan menelponnya.
“Hallo!” ujar seseorang diseberang sana. Aku sempat berpikir beberapa detik, apakah ini benar benar Rangga. Suara yang begitu lembut. Beda sekali dengan suaranya waktu terakhir kali aku bertemu dengannya
“Ini Rangga?” Tanyaku memastikan
“ Iya ini gua Rangga” jawabnya
“Ya ampun Rangga…. Gue kangen banget sama lu tau ga sih. O ya bentar lagi gua pulang ke Indonesia loh. Tunggu ya” ujarku bertubi tubi
“Lu siapa sih, aneh, salah sambung, gua tutup ya” balas Rangga
 “Eeeee…. Jangan dulu dong, lu inget inget dulu deh siapa gue” ujarku yang ingin membuat Rangga penasaran
“ Maaf gue ga tau, sorry ya gue harus pergi dulu, udah telat ne”
“ lu mau kemana?” tanyaku penasaran
“ Rekaman!”
“ Ya ampun Rangga… ternyata benar tu kabar klo lu bakal buat album” ujarku histeris
“Iya, lu siapa sih?  fans gua?” tanya Rangga kemudian
“Gue, gue ini orang yg selalu hibur lu” balasku
“Siapa sih, cepetan dong, gua telat ne”
“Ya udah klo lu udah nyerah, lu ingat ini ga?” ujarku , aku berhenti sebentar dan melanjutkan ucapanku lagi” Cicak dan Cacing, tapi suara hatiku mengatkan lain” tambahku. Aku mendengar Hening sesaat, mungkin Rangga sedang mengingatnya begitu pikirku. Dan ternyata benar, sebuah suara terdengar lagi di telingaku.
 “Kira!” ujar Rangga histeris
“ Iya ini gue, Kira sahabat kecil lu yang dulu ingat kan sekarang” balasku ga kalah histeris
“ Apa! Kira… beneran”
“Hmm” jawabku mengiyakan
“ Kira… lu  ternyata ga berubah ya, cerewet” kata Rangga yang mulai melupakan jadwal rekamanya
“Hehehehe, o ya bentar lagi gue pulang, lu tunggu gue ya” ujarku
“Pasti! Udahan dulu ya Ra… Pak produsernya udah marah marah ne. Nanti malam kita sambung lagi ya” tutup Rangga
“Ya udah. Good Luck ya Cicak” balasku
“ Dasar lu cacing” Rangga juga ga mau kalah
***
Hari ini aku balik ke Indonesia. Sekitar jam 12 siang aku sampai di Indonesia. Aku bersama kedua orangtuaku langsung menuju rumah kami yang sudah lama kami tinggal tentunya. Sesampainya di rumah aku meletakan semua barang barang ku di kamar dan langsung memberitahu Rangga kalau aku sudah sampai.
“Rangga! Ini gue Kira, gue Cuma mau kabarin kalau gue udah sampai di Indonesia” laporku kepada Rangga
“Wahhh, syukur deh Ra… o ya kapan kita bisa ketemu?” Tanya Rangga kepadaku
“ kalau nanti sore gimana? aku udah kangen banget nee” pintaku
“Duuhhh, kalu nanti sore gue ga bisa Ra.. soalnya ada jadwal bikin Video Clip, gimana kalo malamnya aja!” Rangga memberi usul kepadaku
“Ga usah Ga, besok aja di Taman Cicak Dan Cacing, aku ga mau kamu terlalu capek” ujarku
“Ya udah kalu gitu, besok di taman Cicak dan Cacing” tutup Rangga
***
Esok harinya aku telah menunggu di taman tsb, tentunya aku ga bakalan lupa menyebut kata sandinya supaya aku di izinkan masuk. Sekitar beberapa jam aku menunggu, Rangga belum menampakkan dirinya juga. Aku bener bener penasaran dengan wajahnya yang sekarang ini sudah remaja, bukan Rangga yang berumur 6 tahun.
 Karena tak kunjung datang aku berniat untuk menelponnya, tapi HPku sudah keburu berbunyi, ada telpon dari Rangga
“Ra… aduhhh sorry lagi ya, tiba tiba gue ada acara mendadak yg ga bisa ditinggal, jadi gue ga bisa lagi ketemuan sama lu, sorry ya” sesal Rangga
“Ga papa kok Ga, gue maklum lu kan lagi laris larisnya” ujarku agak kecewa
“sorry banget ya, o ya Ra… sebagai gantinya besok lu datang ke konser Launching Album perdana gue ya, gue siapin tempat duduk VIP deh buat lu”
 Betapa senang nya hatiku mendengar kabar itu” Pasti, gue pasti bakal datang, tunggu gue ya” tutup ku
***
Malam ini adalah konsernya Rangga, aku bersiap siap untuk pergi, berapa kali aku bolak balik didepan cermin untuk memastikan kalu aku sudah cantik atau belum. Aku sudah ga sabar ingin bertemu langsung dengan Rangga. Aku benar benar penasaran dengan wajahnya sekarang. Setelah yakin aku turun ke bawah, kemudian berpamitan kpd mama dan papa. Langsung saja aku memacu mobil swift merahku menyusuri jalan raya yang macet pada malam hari.Ketika mobilku sudah mulai bergerak tiba tiba aku merasakan ada sesuatu yang salah. Oh tidak mobilku mogok. Benar benar sial nasibku, udah telat, mobil mogok lagi. Aku berusaha mengotak atik mesin mobilku tapi percuma, aku ga punya bakat jadi montir. Karena sudah menyerah aku pun menelpon Rangga.
“Hallo Rangga, sorry ya gue telat,mobil mogok ne” ujarku penuh penyesalan
“Ga papa kok Ra…. Yang penting kamu datang” jawab Rangga diseberang sana
  Pasti, pasti gue datang!” ujarku mantap
“Oya….Ra, aku kangen banget sama kamu” kata Rangga
“Sama Ga, gue juga kangen sama lu” tutupku
Setelah menelpon Rangga, aku segera berusaha mencari ojek disekitar tempat mobilku mogok. Tapi mana ada ojek malam malam begini. Tapi tekad ku tetap kuat dan ternyata membuahkan hasil, aku melihat seorang tukang ojek yang kelihatannya sudah mau pulang, tapi aku ga peduli aku stop aja. Aku sedikit menyogok tukang ojek itu supaya mau mengantarkan ku. Akhirnya dia mau. Tapi begitu aku sampai tempatnya sudah sepi, hanya ada sampah yang berserakan dimana mana, dan beberapa kru dari acara konser Rangga yang terlihat beres beres. Aku pun bertanya
“Mas kok sepi sih?” tanyaku kepada salah seorang kru yang kebetulan lewat didekatku
“Konsernya udah selesai dek, baru aja…” Jawab kru tsb.
“Klo Rangga nya mana ya mas?” tanyaku lagi
“Coba liat kebelakang aja dek” saran kru tsb
Aku pun pergi kebelakang panggung. Aku berusaha mencari sosok Rangga, tapi aku tidak menemukannya. Hanya seorang kru dari konser Rangga lagi yang menghampiriku
“Adek yang namanya Kira ya?” Tanya kru tsb kepadaku
“Iya saya Kira, ada apa ya mas?” ujarku penasaran
“Gini, tadi mas Rangga pesen ke saya buat kasih ini sama kamu” jelasnya
“Rangga nya kemana mas?” tanyaku sambil mengambil sebuah CD dan sebuah surat yang diberikan untukku dari Rangga. Aku kaget, betapa gagahnya dia sekarang. Beda sekali dengan dulu. Aku melihat Rangga di cover CD albumnya
“Katanya tadi mau cari kamu”jawab kru itu
“O gitu ya mas, makasih ya!” balasku dan kemudian berbalik pergi
Aku menaiki kembali motor yang mau mengantarku tadi, aku menyuruh nya supaya pergi ke taman Cicak dan Cacing. Entah kenapa pikiranku langsung tertuju kesana. Diperjalanan aku kembali dihadapkan dengan kemacetan kembali
“Macet lagi deh..” keluhku kesal.
“Kayaknya ada kecelakaan didepan dek” balas tukang ojek itu yang ternyata mendengar umpatanku
“Kecelakaan ya pak!” balas ku  memastikan
“Iya dek” jawab tukang ojek itu
Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya kami terbebas. Aku bersama tukang ojek itu melewati jalan tempat kecelakaan itu terjadi. Aku melihat truk yang masih rebah dan.. gak mungkin ada sebuah mobil sedan dibawah truk tersebut, selain itu aku juga melihat banyak sekali darah yang berserakan di jalan. Aku mual melihat semua itu
“Pasti orang yang ada di mobil sedan itu sudah mati!” gumamku
“Sudah jelas dek” balas bapak itu
Tak lama setelah melihat kecelakaan itu aku pun menelpon Rangga, memastikan kalau dia baik baik saja sekarang. Aku mengambil HPku, tapi sialnya HPku lobet”Arrrgghh” geramku
Kemudian tiba tiba saja aku berubah pikiran, Aku menyuru bapak itu mengantarku ke rumah saja, tdk jadi ke taman cicak dan cacing.
Sesampainya dirumah, aku meletakan CD beserta surat yang diberikan Rangga tadi dan langsung mencharger HPku, tentu saja aku langsung menelpon Rangga, tapi tidak masuk masuk. Kecemasanku pun datang, aku teringat kecelakaan tadi. Kulirik jam sudah menunjukan jam 2 malam. Ga mungkinlah aku ke rumah Rangga malam malam gini untuk memastikannya. Aku memutuskan untuk istirahat saja, moga moga bayangan buruk tentang Rangga terhapus dipikiranku, tapi malah sebaliknya, semakin aku memejamkan mata, semakin banyak bayangan Rangga muncul di pikiranku. Butuh waktu lama bagiku untuk terlelap sampai akhirnya aku benar benar terlelap.
Alarm HPku membangunkan ku  dari tidur yang kurang nyenyak. Aku langsung menyambar HPku dan tentu saja mencari nama Rangga di phonebook HPku. Aku mencoba menelpon kembali, namun tetap sama, tidak masuk. Kali ini jantungku benar benar berdetak sekencang kencangnya. Apa mungkin kecelakaan yang tadi malam kulihat itu adalah Rangga
Tidak. Aku berharap semoga saja tidak. Segera saja aku turun kebawah. Dibawah aku melihat mama yang sedang menonton TV, ga biasanya dia begini. Karena penasaran akupun bertanya
“ Ma, tumben nonton TV pagi pagi gini?” tanyaku
Karena mendengar aku bertanya Mama langsung berpaling menghadapku, betapa kagetnya aku, muka mama benar benar pucat
“Ma, mama sakit?” tanyaku cemas lalu duduk di sampingnya.
“Gak Ra, mama ga sakit kok, mama Cuma kaget ” jawab mamaku
Dan itu sukses membuatku makin penasaran”Kaget kenapa ma?” Tanyaku ngotot
Mama Cuma menunjuk layar TV yang kebetulan ku lihat adalah acara gosip pagi, namun aku benar benar shok ketika mendengar host dari infotament tsb menyebut nama sahabatku, ya… Rangga
“Nasib malang menimpa salah seorang artis yang baru saja sukses menggelar konser Album Perdananya tadi malam, ya… Rangga, seorang artis muda yang masih duduk dibangku SMA ini telah meninggalkan kita semua untuk selamanya, cwo yang terkenal dengan single perdananya yang berjudul TAK BISA MEMILIKI ini, mengalami kecelakaan tadi malam sewaktu pulang dari Launching Albumnya, diduga dia kecelakaan karena mobilnya dihantam sebuah truk yang mengalami pecah ban, karena sopir truk tidak bisa mengendalikan kendaraanya,  kecelakaan tidak dapat dihindari” Jelas sang Host yang membuatku berhenti bernafas, aku berada spt di awang awang, tidak ada tempat bagiku untuk berpijak, seluruh badanku terasa bergetar hebat, karena tdk kuat menahan, akhirnya aku jatuh terduduk
“Ga, ga mungkin, pasti salah itu Cuma gossip, aku ga percaya” ujarku menenangkan diri, aku masih belum percaya dengan apa yang terjadi, mengapa Rangga begitu cepat pergi? Aku belum sempat bertemu langsung dengannya. Aku ingin bersamanya, aku ga mau kehilangan sahabat sejatiku, aku belum siap ditinggal oleh Rangga.
Ternyata benar apa yang dikatakan Rangga terakhir kali aku bertemu dia di taman sebelum kepergianku ke Australia, itu memeng hari terakhir aku bertemu langsung dengannya, dengan sosok seorang Rangga kecil yang cengeng. Aku berdiri dari dudukku dan berlari ke kamarku. Aku melihat surat dan CD yang tadi malam diberikan Rangga untukku. Aku mengambilnya dan melihat memo yang tertempel di kaset CD tsb “ Baca dulu suratnya” itu perintah Rangga. Aku pun Berlahan membuka surat dari Rangga
Untuk Kira
Ra.. mungkin waktu 10 tahun lalu itu waktu kita ketemu untuk terkhir kalinya. Entah kenapa gue merasa hari itu benar benar hati terakhir gue ketemu sama elo secara langsung. Maaf kalau selama ini gue ada salah sama lu. Lagu di CD yang gue kasih ke elo, itu khusus gue ciptaain Cuma buat Akira gue seorang. Gue ga bisa nulis banyak, gue Cuma mau bilang “ Kira elo dalah satu satunya sahabat yang berhasil ngerebut hati gue dan gue bakal kangen banget sama lu dan selalu sayang sama lu di atas sini
Rangga
Aku tak kuasa menahan tangis,  buliran bening nan hangat dikedua susut mataku mulai mengalir. Air mata yang selama ini tidak pernah keluar dari mataku akhirnya kini mengalir deras, sederas derasnya saat kata demi kata yang kubaca dalam surat itu, surat itu telah menggambarkan seolah olah Rangga memang akan meninggalkanku untuk selamanya. Kemudian aku memutar kaset CD yang diberikan Ranggakepadaku. Aku mendengarkan lagu yang berjudul Tak Bisa Memiliki. Lagu yang khusus diciptakan Rangga untukku seorang, sahabat sejatinya.
Bila waktuku tersisa
Untuk salu disisi
Menjaga hatimu
Tapi maafkanlah aku
Waktuku hanya sesaat
Aku tak bisa memiliki, menjaga cintamu, walau sesungguhnya hatiku Mencintaimu memilikimu
Aku tak ingin kau terluka Mencintai aku
Hupuslah air matamu dan jangan lupakan aku
Tapi maafkanlah aku Waktuku hanya sesaat
Kini aku sadar, klo tak ada yang abadi di dunia ini, aku harus tetap tersenyum apapun yang terjadi aku tau aku memang tidak bisa lagi bertemu lagi dengan Rangga. Aku tidak akan pernah lagi mendengar kata sandi aneh yang harus kami ucapkan ketika memasuki taman yang diberi nama yang konyol itu oleh Rangga. Tidak ada lagi salam perpisahan tangan yang kami lakukan jika akan berpisah. Aku tau itu semua tidak akan pernah terjadi lagi. Tapi Rangga akan selalu ada di relung hatiku yang paling dalam untuk selamanya

Here is it...
Yap.. cerpen gaje yang gue buat. jelek ya... maklum lah, masih amatiran. Dan gue juga ga bakal berhenti belajar.
At last.. leave a comment please
Kamsahamnida... \^O^/


 

Lolity Caramel Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea